Salah Perhitungan, Tsunami Raksasa Gulung Jepang-Mayat Bergelimpangan

Minggu, 16 Maret 2025 - 11:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto REUTERS/Kim Kyung Hoon

Foto REUTERS/Kim Kyung Hoon

JAKARTA — Bencana tsunami raksasa yang menimpa Jepang 2011 benar-benar di luar dugaan banyak orang, berikut cerita nyata yang dialami salah satu korban yang selamat.

Saat fajar menyingsing pada tanggal 11 Maret 2011, seorang pekerja Ryo Kanouya bergegas keluar dari rumah untuk pergi kerja. Tak ada sesuatu hal berbeda. Setelah sampai di kantor dia pun fokus kerja dari pagi hingga siang.

Begitu juga rekan kerjanya yang lain. Semua fokus kerja dan sesekali berbicara bersama rekan di kala senggang. Situasi ini terus berlanjut sampai akhirnya berubah saat jam menunjukkan pukul 15.30 waktu setempat.

Tiba-tiba ponsel Ryo dan semua temannya berdering. Ada notifikasi gempa yang kemudian diikuti goncangan besar di wilayah Fukushima. Bangunan-bangunan bergoyang hebat. Masyarakat berhamburan mencari perlindungan. Namun, kuatnya guncangan menyulitkan mereka untuk berjalan atau berlari menyelamatkan diri.

Pada saat bersamaan, banyak bangunan ambruk. Pohon dan tiang listrik roboh dalam sekejap. Semua itu berakhir 6 menit kemudian. Ryo pun langsung menenangkan diri dari gempa besar. Sayang, semua tak berakhir pada 15.36.

“Saat kami berusaha menenangkan diri dari gempa besar itu, peringatan tsunami dikeluarkan,” ungkap Ryo kepada National Geographic, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Otoritas terkait menyebut tsunami mendatang mencapai tiga meter. Perusahaan pun langsung memerintahkan semua karyawan untuk bergegas pulang membantu warga. Ryo segera manut dan segera pulang ke rumah yang kebetulan hanya berjarak 1 Km dari pinggir pantai.

Sesampainya di rumah, Ryo ditenangkan oleh keluarga yang berpikir peringatan tsunami sudah selesai. Toh, setelah beberapa menit, air tak kunjung naik ke daratan. Sayang, perkiraan keluarga salah dan ketakutan Ryo yang benar.

Saat melihat ke jendela, pria kelahiran 1990 tersebut kaget terperanjat. Ternyata air bergerak bak kilat dan langsung berada di depan matanya. Dia pun tak bisa menghindar dan hanya pasrah saat gelombang air menerjang jendela dan tembok rumah.

Awalnya, Ryo yakin rumahnya bakal bertahan. Namun, gelombang yang makin tinggi dan arus makin kuat akhirnya meratakan tempat tinggalnya. Ryo pun terombang-ambing dan sudah menghirup banyak air. Saat situasi normal, diketahui gelombang tsunami mencapai ketinggian 40 meter.

“Lebih baik saya menghembuskan udara yang tersisa di paru-paru saya untuk mati,” kenang Ryo.

Dia pun otomatis terpisah dengan keluarga. Ryo ingat dia terombang-ambing di atas air dengan memegang lemari. Pada titik ini dia merasa lega, tetapi timbul rasa iba atas nasib orang kurang beruntung.

Sejauh mata memandang, dia melihat banyak orang tenggelam. Ada juga yang mencoba bertahan hidup di atas tumpukan puing. Ada juga yang sudah mengapung tanda tak lagi bernyawa.

“Saya pun menunggu sampai permukaan air surut, perlahan-lahan turun saat air surut sampai saya kembali menginjak tanah,” terang Ryo.

Saat menginjak tanah, kaki Ryo langsung lemas. Setelah melewati ‘kiamat’, dia melihat Fukushima rata dengan tanah. Banyak orang meninggal. Ada juga yang luka-luka. Ryo sendiri masih sehat tanpa luka. Dia hanya terancam mati kedinginan.

Namun, ada satu hal yang patut disyukuri: Ryo, ayah, ibu, dan saudara perempuan masih selamat. Hanya neneknya yang hilang entah kemana, diduga meninggal dan tak bisa ditemukan sampai sekarang.

Saat situasi normal, pemerintah Jepang mencatat tsunami disebabkan oleh gempa berkekuatan M9 dan masuk kategori megathrust. Getaran tersebut membuat gelombang tsunami setinggi 40 meter yang bergerak hingga 700 Km/Jam.

Situs Britannica mencatat, gempa dan tsunami membuat 18.500 orang meninggal, 10.800 hilang, dan 4.000 orang luka-luka. Ini belum memperhitungkan ribuan rumah warga yang tak bisa lagi ditempati.

Meski begitu, bencana tak kunjung berakhir. Sehari setelah bencana alam, otoritas mengumumkan reaktor nuklir Fukushima bocor. Akibatnya, inti nuklir mencemari lingkungan dan membuat kota Fukushima tak bisa lagi ditempati. Alhasil, penduduk menjalani kehidupan sesuai peribahasa: sudah jatuh tertimpa tangga.

(Source ; CNBC Indonesia)

Baca Juga :  Pemkab Tangerang Salurkan Rp 1,5 Milyar Bantuan untuk Rakyat Gaza Palestina, Donasi dari ASN dan Masyarakat

Berita Terkait

Pemkab Tangerang Salurkan Rp 1,5 Milyar Bantuan untuk Rakyat Gaza Palestina, Donasi dari ASN dan Masyarakat
Misi Kemanusiaan Terkini: Baznas RI Salurkan Bantuan Mendesak untuk Pengungsi Palestina di Mesir
Pemkab Tangerang Open Donasi Kemanusiaan atas Genosida di Gaza Palestina
Presiden Prabowo Lantik Kepala dan Wakil Kepala BPKP, Muhamad Yusuf Ateh dan Agustina Arumsari
Inilah Daftar Lengkap Kepala Daerah & Wakil yang Dilantik Prabowo Hari Ini…
MTQ Internasional di Jakarta 28 Januari – 2 Februari 2025, Usung Tema Lingkungan dan Kemanusiaan
Bupati Terpilih Maesyal Rasyid Hadiri Rapat Persiapan Akhir Panitia MTQ ke-55 Kabupaten Tangerang
Ingin Jalani Diet agar Tubuh Ramping. Tapi bagaimana cara diet sehat yang benar?
Berita ini 99 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 22 September 2025 - 06:13 WIB

Pemkab Tangerang Salurkan Rp 1,5 Milyar Bantuan untuk Rakyat Gaza Palestina, Donasi dari ASN dan Masyarakat

Senin, 25 Agustus 2025 - 06:23 WIB

Misi Kemanusiaan Terkini: Baznas RI Salurkan Bantuan Mendesak untuk Pengungsi Palestina di Mesir

Sabtu, 26 April 2025 - 04:11 WIB

Pemkab Tangerang Open Donasi Kemanusiaan atas Genosida di Gaza Palestina

Minggu, 16 Maret 2025 - 11:02 WIB

Salah Perhitungan, Tsunami Raksasa Gulung Jepang-Mayat Bergelimpangan

Jumat, 21 Februari 2025 - 09:22 WIB

Presiden Prabowo Lantik Kepala dan Wakil Kepala BPKP, Muhamad Yusuf Ateh dan Agustina Arumsari

Berita Terbaru